POLITIK PUNYA “HARGA” Oleh Agung Marsudi

POLITIK PUNYA “HARGA”

Oleh Agung Marsudi

PARA tokoh politik Indonesia dulu, dikenal sebagai sosok yang terpelajar, santun, jujur, dan berintegritas. Meski berbeda pandangan, mereka tetap saling menghormati dan menghargai.

Politisi yang berkarakter, tidak hanya mengejar kedudukan atau uang, tetapi pandai mengenali dan memainkan value. Value ada di setiap aktifitas politik, pergaulan, komunikasi, benda-benda, begitu juga harga.

Berbeda dengan para politisi kiwari. Hanya karena beda pandangan, kecewa, lalu lompat pagar. Tak cukup, bikin partai tandingan.

Naik turunnya harga benda-benda, jamak dipicu oleh inflasi atau rantai supply and demand. Jika “uang” valuenya turun dari waktu ke waktu. Sedang integritas dan reputasi, adalah kehormatan, maka terus dijaga, mahal harganya. Ia ihwal “nama baik”.

Mudah mengatakan, jika penyebab harga minyak goreng kemarin mahal? Karena persediaannya di “langkakan”. Politik, nama baik, reputasi, tak mungkin direkayasa, sehingga menjadi barang “langka”.

Apapun itu, partai politik adalah organisasi yang berbasis cita-cita. Orang-orangnya dicetak untuk menjadi kader yang militan, ideologis dan berkemajuan. Soalnya klise, untuk menjadi kader yang terpilih, dan terlatih, perlu “pitih”. Sekolah politik butuh uang.

Politik punya value, koalisi yang miskin value, akan ditinggalkan. Koalisi supermayoritas, tak butuh superman. Ia butuh kesetiaan. Maklum jika ada berita berjudul, “Prabowo tetap setia ikut Jokowi sampai 2024″.

Politik punya harga. Jangan mudah terkesima. Dukungan dan tendangan, selalu begitu. Dari kejauhan terdengar, Peterpan punya lagu,”Buka dulu, topengmu!”

“Merah itu Marah!”
Pengkhianatan adalah lonceng kematian.

Duri, 4 Mei 2022